Terimakasih Atas Kunjungannya... Semoga bermanfaat

Pages

Wednesday, March 25, 2015

Hubungan Bilateral Indonesia dan Australia Pada Masa Sebelum Perdana Menteri Kevin Rudd

     Australia merupakan negara persemakmuran Inggris di mana kepala pemerintahannya dipimpin oleh Perdana Menteri. Sedangkan sistem pemerintahan yang ada di Australia hampir mirip dengan yang ada di Amerika yaitu dikuasai oleh 2 (dua) Partai besar yaitu "Partai Buruh Australia" dan "Partai Liberal".
     Dalam sistem pemerintahannya, Australia juga melakukan hubungan dengan negara-negara lain. Dalam menjalin hubungan Internasional tersebut faktor keamanan menjadi faktor utama dalam kebiajakan negara tersebut. Masalah keamanan dan keselamatan negara merupakan kepentingan nasional yang paling utama bagi setiap negara. Masalah ini menjadi landasan bagi setiap negara yang akan membuat suatu kebijakan politik luar negeri terhadap negara lain. Suatu kebijakan yang akan dibuat oleh negara pasti akan mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut perlindungan terhadap negara, serta keamanan nasionalnya. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Evatt (Menteri Luar Negeri Australia) kepada pers di Amerika dalam kunjungannya pada bulan April 1943, ia mengatakan :
"Australia will naturally regard as of crucial importance to it's security the arc of island lying to the north and north-east of our continent,... it will... be vitally concerned as to who shall live in, develop, and control areas"

(Pernyataan Menteri Luar Negeri Australia Evatt : tentu saja Australia akan memandang rangkaian kepulauan di sebelah utara dan timur lautnya sebagai hal yang teramat penting demi keamanannya... Australia akan... sangat menaruh perhatian mengenai siapa yang akan menghuni, mengembangkan dan mengawasi daerah-daerah ini)
      Negara tetangga Australia yang cukup dekat yaitu Indonesia, untuk itu Australia juga menjalin hubungan Internasional dengan negara Indonesia. Indonesia dan Australia adalah dua negara dalam dua benua yang berbeda, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Indonesia sendiri merupakan bagian dari Benua Asia yang terdiri dari berbagai pulau dan membentuk sebuah negara dengan jumlah penduduk ratusan juta orang, dan dalam sejarahnya Indonesia merupakan negara yang pernah dijajah oleh Inggris, Belanda, dan Jepang. Lain halnya dengan Auatralia yang merupakan Benua yang berbentuk pulau dengan memiliki wilayah yang luas dan terletak diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, serta diapit oleh kepulauan Asia Tenggara dan daratan Kutub Selatan.
     Benua Australia merupakan benua yang terisolasi, disebut demikian karena letaknya yang jauh dari beua lainnya. Austalia dibatasi oleh dua Samudra yang membatasi ketiga sisi negara tersebut. Selain itu ada beberapa alasan Australia dalam kebijakan keamanan Luar Negeri. Pertama, Australia terletak di ujung rute laut dunua, Rute ini melintasi Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta melayani angkutan barang-barang eksport ke luar negeri. Kedua, rute yang melintasi Samudra Pasifik ke Benua Amerika Utara dan Hindia ke Jepang, serta Asia Tenggara. Oleh karena itu, apabila rute-rute ini jatuh ke tangan salah satu atau beberapa negara yang bermusuhan denganAustralia, kedudukan Australia akan sangat teramcam karena kehidupan ekonomi Australia sangat tergantung pada peragangan luar negeri.
     Jika dilihat, hubungan antara Australia dengan Indonesia dapat dikatakan sebagai hubungan bilateral yang unik. Dikatakan "unik" karena dalam menjalin kehidupan bertetangga terdapat dua sisi yang berbeda diantara keduanya. Dalam satu sisi kerjasama yang kuat dapat mempererat hubungan diantara kedua negara tersebut, sedangkan dilain sisi, terdapat berbagaia ancaman yang dapat mengakibatkan kerenggangan diantara kedua negara tersebut. Hal ini dapat terjadi dikarenakan perbedaan ideologi politik, budaya, dan ras, serta tingkat pembangunan dan teknologi yang sedang diembangkan oleh masing-masing negara. Pasang surut hubungan kedua negara inilah yang menjadi alasan tersendiri mengapa hubungan bilateral antara kedua neara bertetangga ini dikatakan sebagai hubungan yang unik.
     Sebelum Perang Dunia II, Australia hanya menaruh sedikit perhatian dan kontak dengan Hindia-Belanda. Sebagai dominion Inggris, Australia menyandarkan diri pada hubungan diplomatik langsung antara Inggris dengan Belanda. Hubungan kedua negara tersebut cukupstabil dan bersahabat, Australia cukup puas dengan sikap apatis terhadap Hindia-Belanda. Sikap netral Belanda dalam politik luar negerinya, serta masih kuatnya kedudukan Inggris di Malaya (Malaysia sekarang) pada waktu itu, memberi rasa aman kepada Australia. Hal ini terlihat juga dalam tulisan R.G. (kemudian Lord) Casey pada tahun 1931, yang antara lain mengatakan, "We are separated from the continet of Asia by that great neutral umbrella of island, the Netherlands East Indies, colonised from ad controllerd by Holland, and which we can resonably safety assume will be permanently neutral in any future recurrence of war..." (George, 1980)
     Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, Australia mulai memperhatikan Indonesia. ini terlihat saat dukungan Australia kepada Indonesia untuk memperoleh kemerdekaannya. Hubungan ramah antara kedua negara ini menjelaskan bahwa pada waktu itu terjadinya aksi militer Belanda yang pertama pada bulan Juli 1947 terhadap Indonesia, dan Australia menjadi negara Barat ang paling bersimpati pada tuntutan Republik untuk mendapat status merdeka di kalangan Internasional.
     Hubunan antara Indonesia-Australia sangat dipengaruhi oleh Partai yang pada saat itu sedang berkuasa. Sistem pemerintahan yang ada di Australia sangat mirip dengan yang ada di Amerika, yakni dikuasai oleh dua partai besar (Partai Buruh Australia, dan Partai Liberal). Sementara kebijakan luar negeri yang diambil oleh Australia juga sangat dipengaruhi oleh sosok pemimpi yang sedang berkuasa. Perbedaan Ideologi antara Partai Buruh dan Partai Liberal Nasional disisni menjadi faktor yang mempengaruhi hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia. Pasang surut hubungan antara Indonesia dengan Australia disini dapat dilihat dari siapa penguasa dan partai mana yang sedang berkuasa di Australia.
     Hubungan Indonesia-Australia yang harmonis dapat dilihat pada saat Australia di bawah pimpinan Chifley dan Paul Keating dari partai Buruh, dimana antara pemimpin kedua negara ini sangat akrab dan juga cenderung lebih akomodatif terhadap Indonesia. Berbeda saat Australia di bawah pimpinan John Howard dari partai Liberal yang mana pada era tersebut memperkeruh hubungan bilateral diantara kedua negara ini. Hal ini terlihat dari adanya kasus Irian Barat, Kemerdekaan Timor Timur dari Indonesia, dan juga isu yang muncul mengenai terorisme yang pada akhirnya menimbulkan kecurigaan Australia terhadap Islam di Indonesia, dan juga kasus pemberian visa kepada warga Papua yang mana kasus ini menyebabkan kekesalan tersendiri bagi Pemerintah Indonesia dan menimbulkan hubungan yang kurang stabil antaa Canberra-Jakarta.
     Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Howard seperti keikutsertaan Australia dalam menangani masalah perang di Iraq tanpa alasan yang jelas mengapa Australia turut campur tangan dalam perang tersebut menjadikan hilangnya kepercayaan dari masyarakat terhadap kepemimpinan era John Howard. Kemudian muncullah Kevin Ruud dari Partai Buruh yang terpilih dan dilantik pada tanggal 3 Desember 2007 sebagai Perdana Menteri yang baru Australia menggantikan John Howard yeng telah mendominasi pemerintahan konservatif selama 11 (sebelas) tahun lamanya.
     Dalam kampanyenya, Rudd mengambil beberapa visi yang mana ia memperbaiki dari kebijakan-kebijakan yang dirasa gagal dilakukan oleh Howard sehingga menimbulkan hilangnya kepercayaan masyarakat Australia. Terpilihnya Perdana Menteri baru inilah yang menghembuskan angin segar ke wilayah Indonesia, karena pada masa Kevin Rudd, hubungan antara Indoesia-Australia dirasakan harmonis. 
 

Sumber:

1. George Margaret, Australia And The Indonesian Revolution. Melbourne University Press, 1980.
2. Hadi Soebadio, Keterlibatan Astralia dalam Pemberontakan PRRI/Permesta, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.
3. J. Siboro, Sejarah Australia, Jakarta: IKIP Bandung, 1989.
4. Anthony Reid & Martin O'Hare, Australia dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1955.


Terimakasih atas kunjungan anda.... SEMOGA BERMANFAAT.....
Untuk Informasi lainnya.. kunjungi juga Blog saya yang lainya..
http://jogjauncal.blogspot.com/

Sebagai rasa "TERIMAKASIH ANDA" silahkan "Klik" iklan di Blog ini, sebagai donasi anda terhadap Blog ini.
Jadilah pembeca yang cerdas..... :)

Tuesday, March 24, 2015

Peranan Sunan Gunung Jati Dalam Proses Islamisasi Di Kesultanan Cirebon Tahun 1479 - 1568

     Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah yang pada tahun 1479 M mendapat restu dari Pangeran Cakrabuana dan Dewan Wali Sanga yang diketuai oleh Sunan Ampel telah menghentikan hulu bekti/upeti kepada kerajaan Pajajaran yang menandakan telah berdirinya Cirebon. Cirebon dibawah kekuasaan Sunan Gunung Jati melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran dan menjadi Negara Kerajaan Islam yang berdaulat. Kerajaan Sunda Pajajaran sendiri pada saat itu dipimpin oleh raja yang bergelar Sri Paduka (Baduga) Maharaja atau yang lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi.
     Tempat pertama Islam diperkenalkan di wilayah Cirebon adalah pelabuhan Muara Jati dan Dukuh Pasambangan. Orang pertama yang mengenalkan Islam adalah Syekh Idofi Syekh Datuk Kahfi yang kemudian menetap dan mendirikan pesantren di Cirebon. Keberadaan pesantren merupakan awal dari proses Islamisasi yang lebih terkordinir, yang sebelumnya proses penyebaran hanya melalui sanak saudara kemudian menjadi lebih luas.
     Islamisasi yang diusahakan di Cirebon sendiri tidak serta merta diterima oleh masyarakat, karena pada dasarnya Cirebon merupakan bekas daerah kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran, kerajaan bercorak Hindu-Budha. Proses Islamisasi di Cirebon sangat berkaitan dengan kehidupan masyarakat dengan kepercayaan-kepercayaan lama bercampur dengan agama-agama yang pernah masuk, hingga sekarang agama Islam masuk pun ciri percampuran budayanya masih terasa, diantaranya adanya perayaan Panjang Jimat dan Rasulan.
     Tahun 1302 A.J (Anno Jawa)/1389 M., Cirebon disebut "Caruan Larang", yang terdiri atas Caruban pantai/pesisir dan Caruban Girang. Letaknya yang ada di pesisir membuat Cirebon menjadi kota Pelabuhan yang sejak akhir abad 15 M telah banyak dikunjungi oleh pedagang muslim dan kemudian bermukin dan tinggal di Cirebon. Meskipun demikian,  menurut Tome Pires (seorang pedagang Portugis yang pernah mengadakan pelayaran disepanjang pantai Utara Jawa pada tahun 1531) kerajaan Sunda melarang  orang-orang muslim terlalu banyak masuk ke dalam.
     Selain itu, menurut sumber dari Portugis, salah satunya disebutkan dalam sumberTome Pires menyebut Cirebon dengan nama "Chorobon". Menurut catatan Pires, Cirebon adalah sebuah pelabuhan yang indah dan selalu ada empat sampai lima kapal yang berlabuh disana. Sedangkan menurut sumber dari berita Belanda yang berkurun waktu abad 16 Masehi awal, Cirebon disebut "Charabaon", sedangkan sumber yang lebih muda menyebut "Cheribon", atau "Tjerbon".
     Sebelum Islam berkuasa dibawah kepemimpinan Sunan Gunung Jati, wilayah Cirebon dibagi menjadi dua bagian, yaitu : daerah pesisir disebut dengan nama Cirebon Larang dan daerah pedalaman yang disebut dengan nama Cirebon Girang. Kemudian setelah Sunan Gunung Jati mendirikan dan memimpin Kasultanan Cirebon, proses Islamisasi menjadi lebih nyata terjadi. Hal ini terlihat dari wilayah Kesultanan Cirebon, antara lain Luragung, Kuningan, Banten, Sunda Kelapa, Galuh, Sumedang, Japura Talaga, Losari dan Pasir Luruh.
     Sunan Gunung Jati adalah anak dari Lara Santang atau Syarifah Muda'im dan Syarif Abdillah Bin Nurul Alim. Dari pernikahan ini Syarifah Muda'im melahirkan dua orang putra yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Syarif Hidayatullah yang kelak akan menjadi Sultan pertama Cirebon dan bergelar Sunan Gunung Jati.
     Sebagai Sultan pertama yang mendirikan kesultanan Cirebon, Sunan Gunung Jati memiliki riwayat yang mengesankan, karena Sunan Gunng Jati memiliki keturunan ke-21 dari Nabi Muhammad SAW. Ayahnya, merupakan Sultan Mesir yang bergelar Sulthon Makhmud Syarif Abdullah yang kemudian menikah dengan Ratu Mas Lara Santang, kemudian memiliki dua orang putra, salah satunya Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah. Sunan Gunung Jati / Syarif Hidayatullah sendiri dilahirkan di Mekkah Tahun 1448 M, kemudian wafat di Cirebon pada tahun 1568 M. Jenazahnya dikebumikan dipuncak Gunung Sembung/ Astana Agung Gunung Jati Cirebon dan Falateha/ Fadhilah Khan, adik Sunan Gunung Jati yang juga dikebumikan disana.
     Proses Islamisasi Sunan Gunung Jati tidak dilakuka dengan cara yang revolusioner, melainkan dengan cara yang mudah diterima, yakni dengan memperbaiki yang telah ada. Sunan Gunung Jati menjadi Sultan di Cirebon pada tahun 1479 hingga 1568. Budaya Hindu yang merupakan agama peninggalan Pajajaran tidak dihapuskan, melainkan diselaraskan dengan ajaran Islam. Berbagai peninggalan pasca proses Islamisasi yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati masih terlihat hingga saat ini. Proses maupun hasil dari Islamisasi Sunan Gunung Jati memiliki keunikan dan menarik untuk dikaji lebih mendalam.


Sumber:
1. P.S. Sulendraningrat, Sejarah Cirebon, Cirebon: Lembaga Wilayah Tingkat III Cirebon, 1979.
2. M. Sanggupri Bochari dan Wiwi Kuswiah, Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon, Jakarta : Suko Rejo Bersinar, 2001.
3. Jakiyatul Miskiya, Proses Islamisasi di Cirebon Tahun 1479-1568, 2002.
4. Fajar Gunawan, Peranan Sunan Gunung Jati Dalam Kasultanan Cirebon Tahun 1479-1568, 2010.

Terimakasih telah mampir di Blog saya.... SEMOGA BERMANFAAT
Silahkan Mampir di Blog saya yang lainnya untuk informasi lainya yang lebih banyak
http://jogjauncal.blogspot.com/

sebagai rasa TERIMAKASIH ANDA , Jangan lupa juga klik iklan sebagai bentuk donasi anda pada blog ini. :)