Terimakasih Atas Kunjungannya... Semoga bermanfaat

Pages

Tuesday, March 24, 2015

Peranan Sunan Gunung Jati Dalam Proses Islamisasi Di Kesultanan Cirebon Tahun 1479 - 1568

     Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah yang pada tahun 1479 M mendapat restu dari Pangeran Cakrabuana dan Dewan Wali Sanga yang diketuai oleh Sunan Ampel telah menghentikan hulu bekti/upeti kepada kerajaan Pajajaran yang menandakan telah berdirinya Cirebon. Cirebon dibawah kekuasaan Sunan Gunung Jati melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran dan menjadi Negara Kerajaan Islam yang berdaulat. Kerajaan Sunda Pajajaran sendiri pada saat itu dipimpin oleh raja yang bergelar Sri Paduka (Baduga) Maharaja atau yang lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi.
     Tempat pertama Islam diperkenalkan di wilayah Cirebon adalah pelabuhan Muara Jati dan Dukuh Pasambangan. Orang pertama yang mengenalkan Islam adalah Syekh Idofi Syekh Datuk Kahfi yang kemudian menetap dan mendirikan pesantren di Cirebon. Keberadaan pesantren merupakan awal dari proses Islamisasi yang lebih terkordinir, yang sebelumnya proses penyebaran hanya melalui sanak saudara kemudian menjadi lebih luas.
     Islamisasi yang diusahakan di Cirebon sendiri tidak serta merta diterima oleh masyarakat, karena pada dasarnya Cirebon merupakan bekas daerah kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran, kerajaan bercorak Hindu-Budha. Proses Islamisasi di Cirebon sangat berkaitan dengan kehidupan masyarakat dengan kepercayaan-kepercayaan lama bercampur dengan agama-agama yang pernah masuk, hingga sekarang agama Islam masuk pun ciri percampuran budayanya masih terasa, diantaranya adanya perayaan Panjang Jimat dan Rasulan.
     Tahun 1302 A.J (Anno Jawa)/1389 M., Cirebon disebut "Caruan Larang", yang terdiri atas Caruban pantai/pesisir dan Caruban Girang. Letaknya yang ada di pesisir membuat Cirebon menjadi kota Pelabuhan yang sejak akhir abad 15 M telah banyak dikunjungi oleh pedagang muslim dan kemudian bermukin dan tinggal di Cirebon. Meskipun demikian,  menurut Tome Pires (seorang pedagang Portugis yang pernah mengadakan pelayaran disepanjang pantai Utara Jawa pada tahun 1531) kerajaan Sunda melarang  orang-orang muslim terlalu banyak masuk ke dalam.
     Selain itu, menurut sumber dari Portugis, salah satunya disebutkan dalam sumberTome Pires menyebut Cirebon dengan nama "Chorobon". Menurut catatan Pires, Cirebon adalah sebuah pelabuhan yang indah dan selalu ada empat sampai lima kapal yang berlabuh disana. Sedangkan menurut sumber dari berita Belanda yang berkurun waktu abad 16 Masehi awal, Cirebon disebut "Charabaon", sedangkan sumber yang lebih muda menyebut "Cheribon", atau "Tjerbon".
     Sebelum Islam berkuasa dibawah kepemimpinan Sunan Gunung Jati, wilayah Cirebon dibagi menjadi dua bagian, yaitu : daerah pesisir disebut dengan nama Cirebon Larang dan daerah pedalaman yang disebut dengan nama Cirebon Girang. Kemudian setelah Sunan Gunung Jati mendirikan dan memimpin Kasultanan Cirebon, proses Islamisasi menjadi lebih nyata terjadi. Hal ini terlihat dari wilayah Kesultanan Cirebon, antara lain Luragung, Kuningan, Banten, Sunda Kelapa, Galuh, Sumedang, Japura Talaga, Losari dan Pasir Luruh.
     Sunan Gunung Jati adalah anak dari Lara Santang atau Syarifah Muda'im dan Syarif Abdillah Bin Nurul Alim. Dari pernikahan ini Syarifah Muda'im melahirkan dua orang putra yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Syarif Hidayatullah yang kelak akan menjadi Sultan pertama Cirebon dan bergelar Sunan Gunung Jati.
     Sebagai Sultan pertama yang mendirikan kesultanan Cirebon, Sunan Gunung Jati memiliki riwayat yang mengesankan, karena Sunan Gunng Jati memiliki keturunan ke-21 dari Nabi Muhammad SAW. Ayahnya, merupakan Sultan Mesir yang bergelar Sulthon Makhmud Syarif Abdullah yang kemudian menikah dengan Ratu Mas Lara Santang, kemudian memiliki dua orang putra, salah satunya Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah. Sunan Gunung Jati / Syarif Hidayatullah sendiri dilahirkan di Mekkah Tahun 1448 M, kemudian wafat di Cirebon pada tahun 1568 M. Jenazahnya dikebumikan dipuncak Gunung Sembung/ Astana Agung Gunung Jati Cirebon dan Falateha/ Fadhilah Khan, adik Sunan Gunung Jati yang juga dikebumikan disana.
     Proses Islamisasi Sunan Gunung Jati tidak dilakuka dengan cara yang revolusioner, melainkan dengan cara yang mudah diterima, yakni dengan memperbaiki yang telah ada. Sunan Gunung Jati menjadi Sultan di Cirebon pada tahun 1479 hingga 1568. Budaya Hindu yang merupakan agama peninggalan Pajajaran tidak dihapuskan, melainkan diselaraskan dengan ajaran Islam. Berbagai peninggalan pasca proses Islamisasi yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati masih terlihat hingga saat ini. Proses maupun hasil dari Islamisasi Sunan Gunung Jati memiliki keunikan dan menarik untuk dikaji lebih mendalam.


Sumber:
1. P.S. Sulendraningrat, Sejarah Cirebon, Cirebon: Lembaga Wilayah Tingkat III Cirebon, 1979.
2. M. Sanggupri Bochari dan Wiwi Kuswiah, Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon, Jakarta : Suko Rejo Bersinar, 2001.
3. Jakiyatul Miskiya, Proses Islamisasi di Cirebon Tahun 1479-1568, 2002.
4. Fajar Gunawan, Peranan Sunan Gunung Jati Dalam Kasultanan Cirebon Tahun 1479-1568, 2010.

Terimakasih telah mampir di Blog saya.... SEMOGA BERMANFAAT
Silahkan Mampir di Blog saya yang lainnya untuk informasi lainya yang lebih banyak
http://jogjauncal.blogspot.com/

sebagai rasa TERIMAKASIH ANDA , Jangan lupa juga klik iklan sebagai bentuk donasi anda pada blog ini. :)

No comments:

Post a Comment