Terimakasih Atas Kunjungannya... Semoga bermanfaat

Pages

Thursday, June 9, 2011

sejarah museum trowulan



      Museum Trowulan adalah museum arkeologi berada di Jawa Timur, tepatnya di kecamatan Trowulan di barat kolam segaran. Museum Trowulan ini digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda atau artefak-artefak yang ditemukan di sekitaran  Trowulan. Kebanyakan dari koleksi museum ini berasal dari artefak kerajaan Majapahit. Selain dari kerajaan Majapahit, di museum ini juga terdapat penemuan-penemuan artefak dari kerajaan Kahuripan, Kediri, dan Singosari. Museum ini selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda sejarah, juga berperan sebagai tempat studi sejarah. Sehingga kita dapat melihat hasil-hasil kebudayaan jaman kuno melalui koleksi-koleksi dalam museum ini.
A.   Sejarah Museum Trowulan
         Pada awalnya Sir Thomas Stanford Raffles, seorang gubernur jendral jawa menemukan reruntuhan kota kuno di sekitaran trowulan pada tahun 1811-1816. Kemudian ia melaporkan temuan-temuan  yang tersebar di sekitaran Trowulan tersebut.
       Pada waktu itu, wilayah Trowulan masih berupa hutan jati, sehingga menyulitkan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dan terperinci. Untuk mengatasi penjarahan dan penggalian yang ilegal maka dibangunlah sebuah gudang sederhana untuk menyipan hasil-hasil temuan tersebut.
        Kemudian pada tanggal 24 April 1924 dibentuklah Oudheeidkundige Vereeneging Majapahit atau disingkat OVM yang diprakarsai oleh R.A.A Kromodjojo Adinegoro yang merupakan Bupati Mojokerto serta bekesjasama dengan seorang arsitek Belanda yang juga berprofesi sebagai arkeolog, yaitu Ir. Henry Maclaine Pont. OVM merupakan suatu organisasi atau pekumpulan yang dibentukun untuk meneliti peninggalan-peninggalan Majapahit. Pada saat itu OVM  berkantor disebuah bangunan/rumah yang berada di areal situs trowulan yang terletak di jalan raya Mojokerto-Jombang (sekarang kantor BP3 Trowulan). Kantor tersebut digunakan untuk menyimpan hasil dari temuan artefak-artefak baik melalui cara penggalian,survei, maupun penemuan secara tak sengaja.
      Kemudian karena banyaknya temuan-temuan serta dirasa pantas untuk dipamerka, maka pada tahun 1926 dibangunlah sebuah museum untuk menyimpan sekaligus memamerkan hasil-hasil temuan yang kemudian dikenal dengan nama Museum Trowulan. Museum ini terbuka untuk umum dan didirikan bangunan khusus untuk tempat memamerkan koleksi-koleksi museum.
     Ketika masa pendudukan Jepang pada tahun 1942, museum ini sempat ditutup untuk umum karena Ir. Henry Maclaine Pont ditawan oleh Jepang. Guna menjaga aset museum tersebut maka pemerintah mengambil alih pengelolaannya. Semenjak Indonesia merdeka kemudian museum ini dikelola oleh lembaga Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) yang sekarang bernama Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur. Lembaga atau kantor tersebut selain mengelola museum, juga melakukan perlindungan peninggalan-peninggalan kuno yang tersebar di wilayah Jawa Timur. Sehingga Museum Trowulan pada akhirnya menampung benda cagar budaya yang rawan rusak atau hilang di tempat aslinya. Oleh karena itu, koleksi museum semakin bertambah banyak. Untuk mengatasi hal tersebut kemudian Museum dipindah ke tempat yang lebih luas berjarak sekitar 2km ke selatan dari tempat semula, namun masih di areal situs Trowulan. Karena perpindahan tersebut kemudian Museum tersebut juga berganti nama menjadi Balai Penyelamatan Arca. Penamaan tersebut didasarkan atas fungsinya, yaitu sebagai tempat penyelamatan arca dan sejenisnya. Walaupun museum tersebut telah berganti nama, namun masyarakat masih mengenal dengan nama Museum Trowulan.
      Jumlah koleksi Museum Trowulan semakin bertambah banyak pada tahun 1999 karena adanya pemindahan dan penggabungan koleksi dari Gedung Arca Mojokerto dengan Museum Trowulan. Penambahan tersebut terutama berasal dari R.A.A Kromodjojo Adinegoro pada masa sebelumnya yang disimpan di Gedung Arca Mojokerto.
       Kemudian perkembangan pada tahun 2008 tepatnya pada tanggal 3 November secara resmi berganti nama dari Balai Penyelamatan Arca/ sering dikenal dengan museum Trowulan menjadi Pusat Informasi Majapahit (PIM). Penamaan tersebut didasarkan atas peningkatan kebutuhan masyarakat akan informasi tentang Majapahit baik oleh peneliti maupun masyarakat umum.
      Walaupun seiring perjalanannya museum ini sering berpindah dan berganti-ganti nama, namun fungsi dan tujuan dasarnya tetap sama yaitu tetap sebagai museum dan Balai Penyelamatan Benda Cagar Budaya di wilayah Jawa Timur.

B.   Koleksi Museum Trowulan
      Koleksi benda-benda kuno di museum sangat banyak jumlahnya. Mulai dari benda-benda yang digunakan dalam sistem pertanian, masyarakat, arsitertur kuno, keagamaan, serta kebudayaan kuno yang sebagian besar merupakan hasil penemuan sisa-sisa dari zamn Majapahit. Seluruh koleksinya ini sangat berguna untuk mengetahui keadaan dan kebudayaan masa lalu ketika zaman kerajaan masih eksis di Indonesia. Seluruh benda koleksi tersebut dipamerkan baik di dalam gedung pendopo maupun diluar gedung yang masih berada di sekitaran area museum. Untuk memudahkan dalam meneliti dan mengkaji kemudian benda-benda koleksi museum ini dibagi-bagi/ diklasifikasikan sesuai jenis dan kegunaannya, antara lain :
1)   Koleksi tanah liat (terakota)
       Koleksi tersebut terdiri dari terakota manusia, benda-benda yang digunakan sebagai alat produksi, alat-alat rumah tangga, serta arsitektur.
2)   Koleksi keramik
       Koleksi keramik yang terdapat dimuseum ini terdiri dari beragam bentuk antara lain, guci, teko, piring/mangkok, sendok. Dari koleksi tersebut berasal dari Cina, Thailand, dan Vietnam.
3)   Koleksi logam
        Koleksi museum yang berupa benda dari bahan logam dibedakan dalam beberapa kelompok, seperti koleksi mata uang kuno, koleksi alat-alat upacara, lampu,persenjataan sererti ujung tombak dan keris, serta alat musik yang terbuat dari logam.
4)   Koleksi Batu
        Koleksi museum ini yang berbahan batu diklasifikasikan menjadi koleksi miniatur dan komponen candi, koleksi arca, relief, koleksi Prasasti. Sebagian besar dari koleksi batu ini telahditeliti, namun juga ada yang belum diteliti karena kondisi batu yang rusak sehingga menyulitkan para peneliti untuk meneliti batu tersebut. Terdapat pula benda-benda berupa batu yang berasal dari masa prasejarah, misalnya kapak lonjing, flakes serta fosil binatang masa prasejarah.

No comments:

Post a Comment